Labels

Half Purple and Blue Butterfly

Sekar Gendis 25

Jangan Jadi Kupu-Kupu yang Lumpuh

Kalimat sayang untuk mbak ana dari mas han 22.01


Bu, mas han sayaaaaang banget kamu bu, sampai kapanpun mas han akan menyayangimu tidak melupakanmu.
24 januari 2012 13:47:18

Aku yang menyuruhnya menulis ungkapan sayang pada almarhumah istrinya. Ku tuturkan dalam sms ku, agar mas han seolah mengirim sms pada almarhumah istrinya. Aku, ikhlas… ikhlas…. Ikhlas, insyaallah.

Sampai kapanpun mas han tak akan melupakan istrinya. meskipun kini, kini ia telah menikah dengan ku dan dikaruniai seorang malaikat kecil nan mungil. Sampai kapanpun mas han akan menyayangi almarhumah istrinya. Ada waktu-waktu tertentu ku peruntukkan mas han untuk mengenang istrinya. seperti hari ini, aku memberi kesempatan padanya karena ku tahu ini adalah hari ukang tahun pernikahan mereka.

Jika aku adalah seorang jahat, aku akan berusaha menjauhkan ia dari istrinya. Namun aku yakin, jika aku orang jahat sekalipun, dan mencoba menggeser sedikit saja posisi istrinya, maka aku takkan pernah bisa berhasil. Tak akan pernah berhasil. cobalah kau kawan, beri aku cara apa agar ia melupakan istrinya. hasilnya, pasti semua tak akan berhasil. dan aku tak inginkan hal itu.

Kalian Tanya perasaanku? Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Dan akan terus baik-baik saja ditengah gempuran yang sesekali menghampiriku. Kadang aku bertanya, apakah kehadiranku berarti buatnya?

Ah, mungkin inilah hukuman untukku yang selama ini tanpa sengaja menyakitinya, atau aku tidak tahu jika apa yang kulakukan, kuucapkan menyakiti relung hatinya. Perasaan inilah hukumanku. Aku tak menyukai perasaanku ini. Bukan, aku bukan membenci mbak ana. Aku tahu diri dimana posisiku.

Tuhan, Engkau selalu pertemukan aku dengan orang-orang yang…. “baik’. Tuhan, kembalikan keikhlasanku. Sampai kapanpun, hanya kenyataan inilah yang pasti akan terus kudapati. Ia bukan sepenuhnya milikku. Aku tak menyalahkannya. Dan biarlah ia tak mengerti hatiku. Aku ikhlas. Aku hanya ingin mencurahkan bebanku padaMu. Engkau yang menggenggam segalanya.

Bukan. Ia tak menyakitiku. Kadang aku hanya ingin dimengerti, ada waktu-waktu tersendiri ketika hatiku tak mampu mendengar itu semua.
Sms itu adalah ungkapan hatinya yang terdalam, pasti. Dan inilah konsekuensi menjadi yang kedua. Bukan, aku bukan cemburu. Cemburu bukanlah seperti ini. Ya allah, inikah jalan yang Engkau gariskan untukku. Jika iya, sungguh ku mohon padaMu Rabb, kuatkan aku. Jangan sampai aku menjadi istri yang tak Engkau izinkan mencium wanginya syurgaMu.

Benar ngendikane ibu mbak ana, “mas han sampai kapanpun pasti akan ingat mbak. Karena mbak lah yang diajak berjuang dari nol. Ketika saatnya mbak menikmati hasilnya, mbak meninggal. Nah kamu tinggal meneruskan saja. Aku ingin melihat mas han punya anak dari kamu, itu saja”. Sungguh jika diberi pilihan, akupun mau diajak berjuang. Sekedar “meneruskan” yang ibu maksud juga bukan mutlak keinginanku.

Sungguh aku ikhlas dengan semua ketentuanMu, Allah.
Mas han, aku menyayangimu, aku percaya padamu. Aku juga percaya, engkau tak bermaksud melukai hatiku dengan kalimat yang engkau ucapkan semalam kemarin. Engkau lelah, tentu saja karena seharian bekerja. Engkau butuh teman. Seperti dulu yang selalu ada menyambutmu ketika pulang, istri yang sangat engkau sayang, cinta pertamamu. Dan saat itu engkau rindukan ia, engkau merindukan senyumnya, tawanya, sosoknya yang penyabar…

Aku memang tak seperti itu mas han. Aku tidak lembut, aku tidak cantik. Yang aku sangat yakin, cintaku tak kalah besar dari cintanya. Jangan sampaikan kalimat itu hanya untuk menghiburku mas han, aku tahu diri bagaimana aku.
Ah andai, aku sering berandai-andai…
Andai mbak di hidupkan Allah kembali dimuka bumi ini, engkau pasti akan meninggalkanku dan lebih memilih dirinya….

cerita hidupmu memang penuh haru. engkau pernah suatu malam sepulang kerja. dan setelah kusiapkan makan malam, engkau menggendong putri kecilmu seperti biasa. meninabobokannya, bersenandung riang untuknya. putrimu pun tertawa. dan aku ikut bahagia. setidaknya sikecil menjadi pengganti putri kecilmu terdahulu dengan mbak ana.

"aku ingat dulu, denok hikmah ku gendong sejak rumah sakit. ku besarkan hati mbak ana meski hatikupun hancur. dan aku tak menyangka, tak lebih dari 3 tahun mbak ana menyusul denok menjemput janji kehidupan yang lebih indah. ingat betul aku bagaimana diakhir-akhir nafas mbak... dan aku seperti merasakannya ".begitu ungkapmu malam itu. dan tahukah mas, aku sesenggukan sendirian setelah engkau tertidur. apakah engkau tak bahagia dengan istri keduamu ini?

aku hanya bisa menunduk, mencoba merasakan betapa sakitnya ia saat itu. ah suamiku, aku memang tak seperti dirinya. namun, kasih sayangku padamu, sudahlah pasti sebesar kasih sayangnya untukmu.

1 komentar:

Radi mengatakan...

T.T

Posting Komentar